Kausalitas, antara kehendak manusia atau takdir Tuhan (bagian I)


oleh : Abdul Rokhim

Pada suatu hari, ketika aku bertemu dengan seorang gadis yang menjadi anak panduku di ospek mahasiswa baru, aku tidak pernah merasakan apa-apa. Tetapi lama kelamaan kami dekat karena dia juga ternyata satu organisasi dengan aku. Dan, setelah satu tahun aku mengingatnya, ternyata aku sudah pacaran ama dia. Disini aku mencoba berpikir, dia berpacaran sama aku karena memang itu pilihannku sendiri atau ada tangan lain yang mengaturnya, atau dalam bahasa lain adalah takdir Tuhan. Atau dengan kata lain, siapakah yang mengatur gerak, termasuk gerak manusia? Kita sendiri ataukah Tuhan? Jika jawabannya kita atau Tuhan, bagaimana proses yang terjadi dalam gerak tersebut? Secara ringkas, kita bisa melihat bahwa analogi contoh kasus diatas dapat ditarik menjadi pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang akan kita jawab.

Saat kita berbicara tentang gerak, kita pasti akan bersinggungan dengan kausalitas. Didalam kausalitas, kita mengenal bahwa segala akibat pasti lahir dari adanya sebab yang mendahuluinya. Prinsip inilah yang menjadi dasar bagi ilmu-ilmu pengetahuan. Jadi, bisa dikatakan bahwa gerak juga berlaku prinsip kausalitas dimana gerak membutuhkan sebab yang mendahuluinya sebelum dia bergerak. Setiap kali kita bergerak, pasti ada sesuatu sebab yang mendahuluinya. Misal, A sedang menonton sebuah film di bioskop. A melakukan gerak yang mengantarnya sampai dikondisinya yang sekarang, yaitu menonton film. Tapi jika kita melihat A sebelum dia memutuskan untuk menonton film, pasti ada sebab yang mendahuluinya. Misalnya, A mendengar dari temannya bahwa film itu bagus dan A merasa tertarik untuk menonton film tersebut. Disini muncul pertanyaan, darimanakah sebab itu muncul?

Menurut pendapat sebagian orang bahwa sebab yang ada hanya ada di alam materialistik. Artinya sebab itu merupakan kejadian-kejadian yang hanya ada di alam yang bisa diindera. Contoh untuk kasus ini bisa dilihat dari contoh kasus diatas. Setelah mendengar percakapan temannya bahwa film itu bagus, maka A segera menonton film tersebut. Yang menjadi sebab bagi gerak A tersebut adalah percakapan, dan percakapan disini adalah sesuatu yang ada di alam materlialistik, artinya bisa terinderai. Sebab yang ada menyebabkan suatu akibat, dan suatu akibat menjadi sebab bagi akibat lain. Didalam proses ini kita bisa melihat bahwa proses sebab-akibat itu sendiri berulang-ulang (continous). Contoh sebab-akibat yang berulang adalah misalnya, A bergerak atas dasar percakapan yang didengar dari seorang temannya bahwa film itu bagus, kemudian A datang kebioskop untuk menonton film itu. Di bioskop dia bertemu dengan seorang penjual kasir. Proses dimana dia bertemu dengan kasir tersebut merupakan akibat dari sebab yang menjadi akibat sebelum dia memutuskan untuk datang ke bioskop, atau lebih tepatnya saat dia mendengar percakapan seorang teman. Lalu jika kita kembali ke pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa sebab gerak hanya ada di alam materialistik, maka kita kembali ditanya bahwa darimanakah sebab-sebab yang berulang tadi muncul?

Seorang filosof dari Yunani, Plato berpendapat bahwa sebab-sebab tadi muncul dari sebab pertama (prima causa). Jika kita bukan penganut ateisme, kita pasti mempercayai bahwa sebab pertama (prima causa) tadi tidak lain adalah Tuhan. Karena Tuhan merupakan sesuatu yang tidak membutuhkan sebab yang mendahuluinya. Jika prima causa adalah Tuhan, lalu hubungan antara prima causa atau Tuhan dengan hukum kausalitas yang mengatur gerak kita sekarang seperti apa? Apakah campur tangan Tuhan hanya sebatas prima causa saja dan Dia melepas campur tangannya setelah sebab kedua dan seterusnya muncul, atau Tuhan masih ikut campur tangan dengan gerak yang diatur prinsip kausalitas sekarang? Atau malah selama ini, Tuhan lah yang mengatur segala tindakan dan gerak kita, jadi tidak ada yang namanya kehendak bebas?

1 responses to “Kausalitas, antara kehendak manusia atau takdir Tuhan (bagian I)

  1. m a d i x 1 Maret 2010 pukul 01:34

    masih bergumam dalam kepalaku… sependapat tapi sulit untuk mengungkapkan dan menjelaskannya… intinya, kita harus tetap memanjatkan doa agar setiap langkah kita selalu dibimbing oleh-Nya agar selalu berada dijalan-Nya dan selalu dilindungi-Nya. amin

Tinggalkan komentar